Kerajaan Islam di Riau


Kerajaan-kerajaan Islam yang disebut-sebut dalam berita Tome’ Pires (1512-1515) ialah Siak, Kampar, dan Indragiri berada di daerah Riau. Pengaruh Islam yang sampai ke daerah-daerah itu mungkin akibat perkembangan kerajaan Islam Samudera Pasai dan Malaka. Jika kita dasarkan pada berita Tome’ Pires, ketiga kerajaan itu melakukan perdagangan dengan Malaka.

A.) Politik
Ada dua kepala pemerintahan di Kesultanan Riau-Lingga. Pertama adalah sultan (secara de jure) yang berkedudukan di Daik (Lingga) kemudian pindah ke Pulau Penyengat yang dipertuan Muda di Riau merupakan kedudukan yang menjadi hak turun-temurun bagi bangsawan Bugis di Kesultanan Riau-Lingga. Yang Dipertuan Muda di Riau mempunya hak prerogatif (de facto) dan tidak jarang mampu memainkan peran Sultan. Kedudukan yang Dipertuan Muda di Riau berada di bawah kedudukan Sultan. Akan tetapi, pada prakteknya fungsi yang dipertuan Muda di Riau ini mampu menggantikan posisi Sultan. Sebut saja yang Dipertuan Muda di Riau Raja Jaafar yang menjadi pemangku jabatan Sultan ketika Kesultanan Riau-Lingga diperintah oleh Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah.

B.) Agama
Dilihat dari komposisi penduduk provinsi Riau yang penuh kemajemukan dengan latar belakang Sosial budaya, bahasa, dan agama yang berbeda, pada dasarnya merupakan aset bagi daerah Riau sendiri. Agama-agama yang dianut penduduk provinsi ini sangat beragam, diantaranya Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. 

Berbagai sarana dan prasarana ibadah bagi masyarakat Riau sudah terdapat di provinsi ini, seperti Masjid Agung An-nur (Masjid Raya di Pekanbaru), Masjid Agung Pasir Pengaraian, dan Masjid Raya Rengat bagi umat muslim. Bagi umat katolik/Protestan diantaranya terdapat Gereja Santa Maria A Fatima, Gereja HKBP di Pekanbaru, GBI Dumai, Gereja Kalam Kudus di Selatpanjang, Gereja Katolik Santa Petrus dan Paulus di Bagansiapiapi, Gereja Methodist (Jemaat Wesley) di bagansiapiapi. Bagi umat Buddha/Tridarma ada Vihara Dharma Loka dan Vihara Cetia Tri Ratna di Pekanbaru, Vihara Sejahtera Sakti di Selatpanjang, Kelenteng Ing Hok Kiong, Vihara Buddha Sasana, Vihara Buddha Sakyamuni di Bagansiapiapi. Bagi umat Hindu adalah Pura Agung Jagatnatha di Pekanbaru.

C.) Ekonomi
Wilayah kesultanan Riau-Lingga merupakan daerah yang potensi sebagai bandar perdagangan. Minimal ada dua komoditi yang berasal dari Kesultanan Riau-Lingga, yaitu rempah-rempah (terutama lada) dan timah. Belanda telah menguasai sektor perdagangan (perekonomian) di Kesultanan Riau-Lingga.

Kekuatan belanda mulai melemah ketika VOC dinyatakan bangkrut pada 1799. Mulai saat itulah Inggris mengambil alih peran Belanda di Riau. Kebetulan pula Ingrris melakukan cara moderat dalam memperlakukan Kesultanan Johor, Riau-Lingga, dan Pahang di Riau. Selain menguasai Malaka pada 1795, Ingrris juga mengakui Riau sebagai kerajaan merdeka. Inggris juga membebaskan para pedagang di Riau (terutama pedagang lada) untuk melakukan perdagangan dengan Inggris tanpa adanya ikatan atau perjanjian yang merugikan.

D.) Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya di kerajaan melayu Riau/Kerajaan Riau menyerupai kerajaan Sriwijaya para bangsawannya memeluk agama Buddha dan rakyatnya memiliki kepercayaan tradisional. Kerajaan melayu Riau, memiliki penduduk yang religius dan memiliki seni yang tinggi. Terdapat beberapa kebudayaan yang ada di kerajaan ini, yaitu :
1. Prasasti Grahi
2. Prasasti Padang Roco
3. Prasasti Saruaso
4. Arca Amoghapasa


***


Jika ada bagian yang susah dimengerti atau ada yang salah, bisa hubungi admin atau komen di bawah ya 😊
Sekian artikel dari Kerajaan Islam di Riau. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel selanjutnya ðŸ˜‰ 

Comments

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar yang positif ya